Sabtu, 03 April 2010

dua kekuatan besar


Rizqon seperti tumbuh menjadi remaja shalih, di lingkungan orang-orang yang (kebanyakan) jauh dari keshalihan. Ia mengenal masjid, saat remaja yang lain justru lebih akrab dengan bioskop, mall atau malah diskotik dan night club. Ia sudah akrab membuka lembaran-lembaran buku berbahasa Arab, membaca tafsir dan mempelajari bacaan al-qur’an secara tartil, saat anak-anak muda seusianya sibuk membaca komik-komik, cerpen dan novel percintaan ala shakespeare, atau mendengar lagu-lagu pop terbaru yang disenandungkan oleh para biduan dan biduanita bersuara emas. Ia menjadi sosok remaja yang langka, yang dalam bahasa hadits disebut gharib, asing. Namun keterasingannya itulah yang membuatnya menjadi unik. (dikutip dari “Sandiwara Langit” karya Abu Umar Basyir, penerbit Shofa Media Publika)
Penggalan deskripsi seorang ustadz mengenai mad’unya(muridnya), penggalan kisah nyata kehidupan seorang anak muda yang “melawan arus” kebiasan anak muda yang glamor, dan hura-hura diganti dengan sesuatu yang dapat mengantarkannya kepada “gerbang” cinta sang Kholiq
Pemuda dikenal karena ilmu dan ketakwaannya, begitulah Imam Syafi’I menggambarkan mengenai sosok pemuda. Berilmu dan bertakwa.
Ilmu ibarat sebuah cahaya, yang dengannya seseorang dapat mengenali apapun yang dilihatnya, didengarnya, dirasanya, ilmu layaknya lampu penerang yang menerangi jalan, memberikan arahan bagaimana ia menghindari lubang jalanan. Bayangkan bagaimana bila berjalan ditengah kegelapan?!
Dengarlah bagaimana Allah memuji orang yang berilmu
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS : Al Mujadilah :11
Layaknya seorang pegawai yang mendamba untuk naik pangkat, lantas bagaimana bila diangkat derajatnya oleh Sang Penggenggam setiap hati?! Tentu lebih layak untuk mendambakannya.
Manusia yang “seharusnya”(karena kebanyakan tidak semestinya) lebih kita cintai setelah mencintai Allah, yaitu Muhammad bin Abdullah –Shalallahu ‘alayhi wa sallam- bersabda
“Barangsiapa yang Allah kehendaki atasnya kebaikan niscaya Allah akan beri ia pemahaman dalam agama” Muttafaq ‘alaih
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” HR. At Turmudzi, dishahihkan oleh Syaikh Albani
Tidak ada kekayaan yang lebih berharga bagi kita selain ilmu dan tidak ada kedudukan yang lebih mulia bagi kita selain menjadi penuntut ilmu (Ustadz Abu Ihsan Al Atsari dalam Surat terbuka untuk para suami, Pustaka Darul Ilmi).
“Dunia itu terlaknat, dan terlaknat apa yang ada di dalamnya kecuali dzikrullah, amal ketaatan kepada Allah dan seorang ‘alim atau penuntut ilmu” HR At Turmudzi, dishahihkan oleh Syaikh Albani.
Lantas bagaimana dengan takwa?! Bukankah sebaik-baik pakaian adalah takwa?! Bukankah seseorang bukanlah dilihat bagaimana rupanya, seberapa banyak hartanya, tetapi bagaimana takwanya kepada Yang Maha Penyayang?!
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia(Allah) akan memberikan jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” QS. Ath Tholaq : 2-3
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” QS. Ath Tholaq : 4

Bayangkan bila Allah menghendaki seseorang memiliki keduanya(Ilmu dan Takwa). Adalah kebahagiaan yang akan menghampiri, manakala dalam bertutur, bertindak berada dalam landasan ilmu, dan ketika memiliki masalah atau urusan bertakwa hanya kepada Allah.
Allahu a’lam

Penulis sadari bahwa diri penulis masih jauh dari keduanya, namun perubahan harus diupayakan, meski dengan perlahan, meski dengan tertatih, meski berjuta cibiran menghampiri, hayu ah(logat sunda ^^v) kita berjalan bersama, beriringan untuk jadi pemuda yang kaya akan ilmu dan takwa.
semoga Allah jadikan ini semua amal yang menjadi tiket menuju surga.
Mohon maaf bila ada salah-salah kata, silahkan koreksi dengan hikmah and via messages. ^^
Al faqir ila Allah
-ndi-
di tempat mencari cinta dan ilmu

0 komentar: