Sabtu, 03 April 2010

karena kalian begitu berharga



Aku(Rofiqoh) tidak mengatakan ia(Pram) adalah tipikal suami sempurna seperti yang aku idam-idamkan. karena kesempurnaan itu amat relatif. ideal tidak harus sempurna. mendapatkan pasangan hidup yng ideal sudah merupakan anugerah, terutama di zaman seperti ini. sedikit orang yang punya kesempatan demikian. kenapa aku katakan ia suami ideal bagiku?
karena, meski kami memiliki cukup banyak perbedaan dalam hal-hal prinsipil, namun kami memiliki kesamaan yang ajaib. kami sama-sama ingin belajar menata diri. kami berusaha agar segala perbedaan itu bisa terkikis, hingga akhirnya menyatu dalam keserasian. aku tak sedikit pun mengorbankan prinsip-prinsip agama apalagi akidah yang aku yakini. tapi, saat aku menuntut ia untuk bisa menyempurnakan sisi-sisi pemahaman agamanya, sisi komitmennya terhadap agama, ia juga menuntutku menjadi istri yang patuh, yang mau senantiasa membantu suami. Dan itu tidak mudah. aku perlu banyak belajar. kami sering berbenturan pada sisi interpretasi pada kepatuhan itu. aku membatasinya pada hal-hal yang kuangggap tak melanggar aturan Allah. Dan ia sering tidak bisa menerimanya. Tapi aku sadar, ia tidak menerima bukan berarti ia kejam. namun hanya karena ia belum bisa memahaminya. makanya, aku selalu menghibur diri dengan hadits Nabi -Shalallahu 'alyhi wasallam-"janganlah seorang suami yang beriman, membenci istrinya yang beriman. karena kalau ia tidak menyukai salah satu tabiatnya, pasti ada tabiat lain yang membuatnya merasa senang" (HR.Muslim II:1091)
sebagaimana suamiku belajar memahamiku, aku pun belajar memahaminya. bagiku, usaha untuk saling memahami adalah kunci utama menuju perbaikan diri. Tanpa itu, keserasian pun nyaris tak berarti apa-apa.
Aku melihatnya sebagai pria yang baik. Ia memiliki karakter yang baik. Lalu ia menyukai wanita yang berjilbab lebar. tidak bersikap apatis. Dalam hati kecilku tersimpan sebuah keyakinan, bahwa ia bisa berubah lebih baik. Bagiku, untuk apa menyimpan timah bersepuh emas? Lebih baik aku memiliki emas yang berselubung lumpur hitam yang pekat sekalipun. Karena aku masih bisa berharap lumpur itu akan terbuang, dan kemuning emasnya akan berkilau suatu hari(dikutip dari Kemuning Senja di Beranda Mekah, penerbit Shofa Media)
sepenggal kisah nyata perjalanan seorang bani adam dalam menjalani biduk rumah tangga. Tiada yang sempurna, kecuali Allah azza wa jalla. butuh kesabaran ekstra manakala pasangan kita "berbeda" sudut pandang.
Tidak disangsikan pula bahwa terdapat sosok yang begitu lembut namun kuat, anggun namun kokoh, yaitu sosok istri sholehah...
Ribuan tahun yang lalu terdapat kisah dimana seorang wanita dengan kemuliaannya menaklukan seorang prajurit kafir kemudian menjadi prajurit yang bersedia menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi Rasulullah -shalallahu 'alayhi wasallam-, lalu kebijakan seorang istri yang membantu permasalahan sang suami yang juga pembawa risalah -shalallahu 'alayhi wasallam- tatkala para shahabat tidak segera menuruti perintahnya, dan kekuatan seorang wanita yang merelakan dirinya dan anak-anaknya masuk kedalam panci berisi minyak mendidih demi kalimat Tauhid.
Demikianlah wanita-wanita sholehah -semoga Allah merohmati mereka semuanya- yang terangkum dalam catatan sejarah, kisahnya telah berlalu, namun nama mereka harum sepanjang zaman, mereka lah kado terindah untuk seorang suami dan warisan terbanyak untuk orang tua, dan kebahagiaan terbesar untuk seorang anak ^^
Dunia seumpama perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah
nb:pencantuman nama Rofiqoh dan Pram semata-mata untuk mempertegas, itu bukan nama sebenarnya. mohon maaf kalo ada yang salah, silahkan dikoreksi dengan BAIK-BAIK

dua kekuatan besar


Rizqon seperti tumbuh menjadi remaja shalih, di lingkungan orang-orang yang (kebanyakan) jauh dari keshalihan. Ia mengenal masjid, saat remaja yang lain justru lebih akrab dengan bioskop, mall atau malah diskotik dan night club. Ia sudah akrab membuka lembaran-lembaran buku berbahasa Arab, membaca tafsir dan mempelajari bacaan al-qur’an secara tartil, saat anak-anak muda seusianya sibuk membaca komik-komik, cerpen dan novel percintaan ala shakespeare, atau mendengar lagu-lagu pop terbaru yang disenandungkan oleh para biduan dan biduanita bersuara emas. Ia menjadi sosok remaja yang langka, yang dalam bahasa hadits disebut gharib, asing. Namun keterasingannya itulah yang membuatnya menjadi unik. (dikutip dari “Sandiwara Langit” karya Abu Umar Basyir, penerbit Shofa Media Publika)
Penggalan deskripsi seorang ustadz mengenai mad’unya(muridnya), penggalan kisah nyata kehidupan seorang anak muda yang “melawan arus” kebiasan anak muda yang glamor, dan hura-hura diganti dengan sesuatu yang dapat mengantarkannya kepada “gerbang” cinta sang Kholiq
Pemuda dikenal karena ilmu dan ketakwaannya, begitulah Imam Syafi’I menggambarkan mengenai sosok pemuda. Berilmu dan bertakwa.
Ilmu ibarat sebuah cahaya, yang dengannya seseorang dapat mengenali apapun yang dilihatnya, didengarnya, dirasanya, ilmu layaknya lampu penerang yang menerangi jalan, memberikan arahan bagaimana ia menghindari lubang jalanan. Bayangkan bagaimana bila berjalan ditengah kegelapan?!
Dengarlah bagaimana Allah memuji orang yang berilmu
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS : Al Mujadilah :11
Layaknya seorang pegawai yang mendamba untuk naik pangkat, lantas bagaimana bila diangkat derajatnya oleh Sang Penggenggam setiap hati?! Tentu lebih layak untuk mendambakannya.
Manusia yang “seharusnya”(karena kebanyakan tidak semestinya) lebih kita cintai setelah mencintai Allah, yaitu Muhammad bin Abdullah –Shalallahu ‘alayhi wa sallam- bersabda
“Barangsiapa yang Allah kehendaki atasnya kebaikan niscaya Allah akan beri ia pemahaman dalam agama” Muttafaq ‘alaih
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” HR. At Turmudzi, dishahihkan oleh Syaikh Albani
Tidak ada kekayaan yang lebih berharga bagi kita selain ilmu dan tidak ada kedudukan yang lebih mulia bagi kita selain menjadi penuntut ilmu (Ustadz Abu Ihsan Al Atsari dalam Surat terbuka untuk para suami, Pustaka Darul Ilmi).
“Dunia itu terlaknat, dan terlaknat apa yang ada di dalamnya kecuali dzikrullah, amal ketaatan kepada Allah dan seorang ‘alim atau penuntut ilmu” HR At Turmudzi, dishahihkan oleh Syaikh Albani.
Lantas bagaimana dengan takwa?! Bukankah sebaik-baik pakaian adalah takwa?! Bukankah seseorang bukanlah dilihat bagaimana rupanya, seberapa banyak hartanya, tetapi bagaimana takwanya kepada Yang Maha Penyayang?!
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia(Allah) akan memberikan jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” QS. Ath Tholaq : 2-3
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” QS. Ath Tholaq : 4

Bayangkan bila Allah menghendaki seseorang memiliki keduanya(Ilmu dan Takwa). Adalah kebahagiaan yang akan menghampiri, manakala dalam bertutur, bertindak berada dalam landasan ilmu, dan ketika memiliki masalah atau urusan bertakwa hanya kepada Allah.
Allahu a’lam

Penulis sadari bahwa diri penulis masih jauh dari keduanya, namun perubahan harus diupayakan, meski dengan perlahan, meski dengan tertatih, meski berjuta cibiran menghampiri, hayu ah(logat sunda ^^v) kita berjalan bersama, beriringan untuk jadi pemuda yang kaya akan ilmu dan takwa.
semoga Allah jadikan ini semua amal yang menjadi tiket menuju surga.
Mohon maaf bila ada salah-salah kata, silahkan koreksi dengan hikmah and via messages. ^^
Al faqir ila Allah
-ndi-
di tempat mencari cinta dan ilmu

Rabu, 31 Maret 2010

tentang aku

ini bukan tentang mereka, ini adalah tentang aku. sadari diri, bahwa semakin hari usiaku berkurang, tubuhku perlahan berubah. aku sadari telah banyak melalui banyak cerita. salah satunya adalah tentang cinta.
yup, tentang cintaku pada seseorang. aku hanya manusia biasa, aku pun memiliki rasa itu. rasa cinta kepada lawan jenis, kepada perempuan yang bukan keluargaku.
aku mengenalnya memang lama, cukup lama bahkan. melalui dia aku tau bahwa ada cinta lain yang harus kuperjuangkan, cinta Tuhan semesta alam.
aku mengenalnya dalam balutan kelemahan, dan ketidakberdayaan. masa itu terangkum jelas di halaman sma pasundan 2 bandung.
aku hanya ingin berbagi tentang cinta yang membuatku lebih berarti, cinta yang mengajakku kepada cinta yang lain, cinta kepada Allah.
andai ia tau, aku masih mencintainya.
-31 maret 2010, masih berharap-


Seorang gadis kecil bertanya kepada ayahnya,

"Abi, ceritakan padaku tentang wanita sejati"...

Sang ayah pun menoleh kemudian tersenyum.......

Anakku,

Seorang wanita sejati BUKANlah dilihat dari kecantikan PARAS wajahnya, MELAINKAN dari kecantikan HATI yang ada di baliknya.....

Wanita sejati BUKAN dilihat dari BENTUK TUBUHNYA yang mempesona, MELAINKAN dilihat dari sejauh mana ia MENUTUPI BENTUK TUBUHNYA.....

Wanita sejati BUKAN dilihat dari begitu BANYAKNYA kebaikan yang ia berikan, MELAINKAN dari KEIKHLASANNYA memberikan kebaikan itu......

Wanita sejati BUKAN dilihat dari seberapa INDAH LANTUNAN SUARANYA, MELAINKAN dari apa yang SERING MULUTNYA BICARAKAN....

Wanita sejati BUKAN dilihat dari keahliannya BERBAHASA, MELAINKAN dari bagaimana CARA ia BERBICARA...

Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.
"Lantas apa lagi Abi?" sahut putrinya......

Ketahuilah putriku...

Wanita sejati BUKAN dilihat dari KEBERANIANNYA dalam BERPAKAIAN, MELAINKAN sejauh mana ia berani MEMPERTAHANKAN KEHORMATANNYA.......

Wanita sejati BUKAN dilihat dari KEKHAWATIRANNYA DIGODA orang di jalan, MELAINKAN KEKHAWATIRAN DIRINYAlah yang MENGUNDANG ORANG JADI TERGODA.....

Wanita sejati BUKANlah dilihat dari seberapa BANYAK dan BESARNYA UJIAN yang ia jalani, MELAINKAN sejauh mana ia MENGHADAPI UJIAN itu dengan penuh rasa SYUKUR.....

dan ingatlah...
Wanita sejati BUKAN dilihat dari SIFAT SUPELNYA DALAM BERGAUL, MELAINKAN sejauh mana ia bisa MENJAGA KEHORMATANNYA DALAM BERGAUL......


Setelah itu sang anak kembali bertanya,
"Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu Abi?"..........
Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, "TELADANILAH MEREKA!"


Sang anak pun mengambil buku itu dan melihat sebuah tulisan "ISTERI-ISTERI RASULULLAH"

----

Sungguh, sebaik2 teladan bagi para muslimah adalah istri2 Rosululloh..
Smg qt termasuk orang2 yg mau & mampu meneladani mereka.. AAMIIN..
(sumber dari messages di facebook)